Monday, September 15, 2008

Sukowaluyo Mintohardjo,dokter yang menjadi politisi.

Hari Jumat pagi,tanggal 12 September 2008,saya membaca di harian Kompas bawa Sukowaluyo Mintohardjo pada hari Kamis tanggal 11 September 2008,kira-kira jam 22.46 WIB telah meninggal dunia,akibat serangan djantung. Saya langsung teringat kepada situasi puluhan tahun lalu,tepatnya pada tahun 1972,saya bertemu dengan almarhum,sebagai sesama peserta Kongres Nasional GMKI,Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia di kota Malang,Jawa Timur. Almarhum datang sebagai delegasi GMKI Cabang Jogyakarta,karena dia memang mahasiswa Kedokteran UGM,dan saya datang sebagai delegasi GMKI Cabang Bandung,karena saya memang kuliah di ITB. Kami mengikuti Konperensi Nasional dan Kongres Nasional GMKI,hampir selama satu minggu. Kesan saya kepada almarhum , dia adalah seorang yang ulet,sabar,terbuka dan selalu bersemangat. Tahun 1973 saya sudah lulus dari ITB,namun saya dengar almarhum agak lama menyelesaikan kuliahnya,disamping dia memang lebih muda 2 tahun dari saya,kuliah di Kedokteran juga relatif lebih lama,ditambah lagi kegiatannya berorganisasi yang terus ditekuninya. Saya sudah beberapa tahun menjadi pegawai PLN,baru saya dengar dia menyelesaikan kuliahnya,dan mulai ikut sebagai Calon Anggota DPR dari PDI,namun belum berhasil,karena situasi pada saat itu DPR banyak dimenangkan oleh GOLKAR. Untuk menutupi kebutuhan hidupnya,almarhum menjalankan tugasnya sebagai dokter di beberapa rumah sakit swasta di Jakarta,dan dia memang tidak berminat menjadi PNS.Sudah menjadi pilihan hidupnya sebagai politisi,walau pendidikan formalnya Kedokteran. Dia pernah menjadi anggota DPR dari PDIP,dan menjadi Ketua Komisi IX selama setahun.Sabam Sirait ,tokoh PDI-P,rasanya banyak memberi warna dalam kehidupan politiknya. Kemudian hari mereka memang berpisah,almarhum menjadi salah satu Tokoh PDP,yang dikenal sebagai partai pecahan dari PDIP,dan Sabam Sirait,adalah tokoh tua yang disegani ,mulai dari Parkindo.PDI dan sekarang PDIP. Kini saudara Waluyo telah kembali ke Penciptanya,namun saya harus menyampaikan sedikit rasa kekecewaan saya kepadanya.Dia adalah seorang dokter,namun tega-teganya mengabaikan kesehatannya,hanya karena kesibukannya mengurus partainya,PDP.Dia sudah mengetahui bahwa ada penyakit gula dalam tubuhnya,dan jantung koroner siap mengintai.Rupanya kesukaannya berorganisasi membuat dia lupa kesehatannya,usianya sebenarnya belum terlalu tua,baru 59 tahun. Namun semuanya, saya yakini,jalan hidup kita ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Selamat jalan kawan.Alumni GMKI,Ir.Berlin Simarmata MM.

Monday, September 01, 2008

Pencatatan Pernikahan Luhut dan Esther di Catatan Sipil.

Biasanya Pencatatan Pernikahan di depan petugas Catatan Sipil,dilakukan tepat bersamaan atau sebelum Pemberkatan Pernikahan di Gereja. Untuk Pernikahan Luhut dan Esther agak berbeda,karena acara pada hari Sabtu,tanggal 23 Agustus 2008,sudah demikian padat,yaitu dimulai acara Marsibuha-buhai,terus Pemberkatan di GKI Pondok Indah,dan Pesta Adat di Gedung Mulia,maka Pencatatan Pernikahan dilakukan sebelum Resepsi Pernikan dilakukan pada tanggal 24 Agustus 2008,di ruang VIP Auditorium PTIK.
Petugas Pencatatan Pernikahan dari Kantor Catatan Sipil Jakarta Selatan,membacakan semua peraturan dan perundangan tentang Pernikahan. Setelah kami semua mendengarkannya dan membacanya kembali satu per satu,serta Kartu Tanda Penduduk yang telah di copy,diminta oleh Petugas. Penandatanganan dimulai oleh kedua penganten,masing-masing oleh Luhut dan Esther,kemudian kami kedua orangtua penganten,masing-masing oleh Lae TM Siregar MA dan Saya sendiri. Menyusul kedua saksi,saksi dari pihak laki-laki adalah adik saya,Drs Ober Simarmata MM,dan saksi dari pihak perempuan adalah teman Esther,satu Gereja,di GKI Pondok Indah.Baru kemudian petugas pencatatan sipil menyelesaikan semua yang berkaitan dengan Akte Pernikahan,dan diserahkan kepada Luhut,lalu acarapun selesailah sudah.Secara hukum didepan Negara mereka telah menjadi suami isteri. Sebelumnya secara agama telah disyahkan di GKI Pondok Indah dan dilanjutkan dengan pengesyahan secara adat di Gedung Mulia. Penulis,Ir.Berlin Simarmata MM.