Saturday, October 27, 2007

Cara Orang Batak Menelusuri Kekerabatan Semarga.

Ada satu keunikan dalam adat-budaya Batak,perihal cara menunjukkan identitas kedekatan hubungan kekerabatan semarga. Bila tiga orang semarga bersua dalam suatu pertemuan di luar kampungnya sendiri,dan masing-masing belum mengetahui hubungan kekerabatannya,maka mereka akan langsung saling mencek nama-nama moyang mereka ke tingkat atas. Mula-mula dua orang diantara mereka menelusuri nama-nama kakek-moyangnya,sampai akhirnya bertemu pada satu "titik"(nama),yang menjadi pertemuan mereka. Artinya,mereka diturunkan oleh moyang yang punya nama itu.
Dan bila titik-pertemuan dengan orang ketiga tidak langsung diketahui pula, mereka akan meneruskan penelusurannya ke tingkat atas lagi,sampai ditemukan,dan pasti akan ditemukan,karena semua orang Batak nabisuk alias yg bijak,senantiasa memegang atau memelihara silsilahnya.Ketika sudah ditemukan,orang pertama dan kedua,atau pertama dan ketiga,atau kedua dan ketiga,akan mengatakan kepada yg seorang lagi,begini: Sada dope ahu dohot ho,maralohon bayo on.(Saya masih satu kesatuan dengan engkau,melawan atau berlawankan orang ini.)
Bukan main! Ketiga orang bersepupu-jauh dalam pertemuan itu sama sekali tidak perlu merasa risi atau tersinggung,kalau si orang pertama dan kedua seolah-olah menarik "garis pembatas" antara mereka berdua dengan dia. Mereka tidak perlu harus menyadari pula bahwa asal-muasal istilah "berlawankan" yg mereka pakai pada pembicaraan di zaman modern,tidak lain bermula dari masalah "rivalitas" bahkan perseteruan atau peperangan para "ompu" mereka yg semarga di masa silam. Dan itulah salah satu keunikan adat-budaya Batak. Ketiga orang itu akan akur-akur saja dalam percakapan,karena sama-sekali tidak lagi menghayati makna istilah "berlawankan" itu.
Pencinta budaya Batak; Ir Berlin Simarmata MM.

Thursday, October 25, 2007

Teori Eksistensi Si Raja Batak.

Salah satu teori mengatakan bahwa kakek moyang orang Batak itu pada zaman bahari,masuk melalui pantai barat Sumatra,antara lokasi Barus.Mereka mungkin berasal dari kawasan tertentu di Myanmar sekarang,kira-kira serumpun dengan suku Karen. Ada juga yg mengatakan bahwa orang Batak sekarang adalah keturunan orang Kamboja, malah ada juga yg menyebut berasal dari India bagian Selatan.

Rombongan melakukan perjalanan dari pantai Barus,masuk semakin jauh ke pedalaman,hingga akhirnya tiba dan bertekad tinggal menetap pada suatu kawasan yang kemudian hari diberi nama Sianjur Mula-mula,tepat di kaki Gunung Pusuk Buhit sekarang.

Konon,lembah Sianjur Mula-mula ini menjadi sangat subur sebagai hasil proses endapan erupsi gunung berapi raksasa yang melahirkan Danau Toba. Bahkan,mungkin zaman erupsi-raksasa itulah yang memisahkan pulau Sumatra dengan daratan induknya,Asia,mungkin pada puluhan juta tahun lampau. Letak geografis Sianjur Mula-mula yg sangat strategis,membuat kawasan itu cukup aman untuk dijadikan tempat pertahanan,terhadap ancaman musuh yg mungkin saja ingin menggusur kawula seketurunan yg telah beranak-pinak.Penemu mula-mula kawasan itulah yg konon bernama si batak,dan oleh keturunannya kelak dihormati dengan gelar si Raja Batak.

Berbagai kelompok keturunan si Raja Batak melakukan gelombang migrasi lanjutan,konon mula-mula ke arah Selatan,adalah karena pesatnya mereka beranak-pinak,sebagai manifestasi dari dambaan berketurunan banyak. Sudah sejak awal pertumbuhan komunitasnya,orang Batak mempunyai satu dambaan yang banyak didengungkan dengan pepatah-petitih bernafaskan keinginan berputra tujuh belas dan berputri enam belas orang.
Pencinta Sejarah Batak : Ir Berlin Simarmata MM.

Pesan Nenek Moyang Parna.

Beginilah Pesan Nenek Moyang Parsadaan Ni Raja Nai Ambaton (Parna);
" Dihamu sude pinomparhu na mamungka huta di desa Na Ualu di tano Sumba di Namanjujung Baringin ni Raja, Harajaon ni Rajaisumbaon Partomuan Ni Aek, Partomuan Ni Hosa, Mula ni Jolma,tubu mulani jolma sorang,asa tonahon tonangkon tu ganup pinomparmu di namarsundut-sundut asa si sada anak,sisada boru ma hamu. Sisada lungun,si sada Sariaon,naungnang tongkang naso jadi marsibuatan hamu, di pinomparmuna namanjujung goarhu, si Raja Nai Ambaton Tuan Sorba Di julu Raja Bolon. Asa ise di pinomparhu dinamangalaosi tonangkon, tu hau mai sitabaon,tu tao mai sinongnongon,tu harangan mai situtungon. Sai Horas ma Hamu Pinomparhu Dinamangoloi Podangki".
Anggota Parna; Ir Berlin Simarmata MM.

Thursday, October 18, 2007

Mengikuti Penataran P-4 dan menjadi Penatar.

Saya sebagai pegawai PLN yang termasuk dalam kategori BUMN,pada zaman Orde Baru masuk dalam Korps Pegawai Negeri Republik Indonesia,yang disingkat menjadi KORPRI,diwajibkan mengikuti Penataran Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila,atau Penataran P-4. Penataran P-4,dibagi dalam tiga tingkatan yaitu;Nasional,Propinsi dan Kabupaten/Kotamadya. Saya yang bertugas sebagai Kepala Seksi Transmissi dan Gardu Induk di PLN Wilayah Jawa Timur,mengikuti Penataran tingkat Propnsi.Kami ditatar selama dua minggu,dan pada hari-hari terakhir kami diwajibkan membuat pidato di depan kelompok dan wajib mempertahankan isi pidatonya pada pertanyaan yg diajukan oleh peserta.Kami ada sepuluh kelompok,dan pada akhir acara diumumkan ada sepuluh orang peserta yang dianggap terbaik.Mereka yg masuk kategori terbaik itu wajib menjadi Penatar pada instansi yang mengirimnya.Sayapun ikutlah terpilih menjadi peserta sepuluh terbaik dan wajib menjadi Penatar.Beberapa bulan kemudian PLN Wilayah dan PLN Proyek Induk,beserta PN Gas,gabung mengadakan Penataran P-4,bagi seluruh karyawannya ditambah pengurus Dharma Wanita.Pada setiap angkatan pentaran di PLN itu,saya selalu terpilih menjadi Penatar Favorit,karena dianggap mampu memberikan contoh-contoh nyata dalam Pengamalan Pancasila itu.Dengan adanya Orde Reformasi ini,sejarahlah nanti yg mencatat,apakah P-4 itu masih berguna atau tidak. Mantan Penatar P-4, Ir Berlin Simarmata MM.