Cara Orang Batak Menelusuri Kekerabatan Semarga.
Ada satu keunikan dalam adat-budaya Batak,perihal cara menunjukkan identitas kedekatan hubungan kekerabatan semarga. Bila tiga orang semarga bersua dalam suatu pertemuan di luar kampungnya sendiri,dan masing-masing belum mengetahui hubungan kekerabatannya,maka mereka akan langsung saling mencek nama-nama moyang mereka ke tingkat atas. Mula-mula dua orang diantara mereka menelusuri nama-nama kakek-moyangnya,sampai akhirnya bertemu pada satu "titik"(nama),yang menjadi pertemuan mereka. Artinya,mereka diturunkan oleh moyang yang punya nama itu.
Dan bila titik-pertemuan dengan orang ketiga tidak langsung diketahui pula, mereka akan meneruskan penelusurannya ke tingkat atas lagi,sampai ditemukan,dan pasti akan ditemukan,karena semua orang Batak nabisuk alias yg bijak,senantiasa memegang atau memelihara silsilahnya.Ketika sudah ditemukan,orang pertama dan kedua,atau pertama dan ketiga,atau kedua dan ketiga,akan mengatakan kepada yg seorang lagi,begini: Sada dope ahu dohot ho,maralohon bayo on.(Saya masih satu kesatuan dengan engkau,melawan atau berlawankan orang ini.)
Bukan main! Ketiga orang bersepupu-jauh dalam pertemuan itu sama sekali tidak perlu merasa risi atau tersinggung,kalau si orang pertama dan kedua seolah-olah menarik "garis pembatas" antara mereka berdua dengan dia. Mereka tidak perlu harus menyadari pula bahwa asal-muasal istilah "berlawankan" yg mereka pakai pada pembicaraan di zaman modern,tidak lain bermula dari masalah "rivalitas" bahkan perseteruan atau peperangan para "ompu" mereka yg semarga di masa silam. Dan itulah salah satu keunikan adat-budaya Batak. Ketiga orang itu akan akur-akur saja dalam percakapan,karena sama-sekali tidak lagi menghayati makna istilah "berlawankan" itu.
Pencinta budaya Batak; Ir Berlin Simarmata MM.